Hukum alam, takdir, pancatatan amal baik dan buruk, fenomena kebetulan, dan nasib. Segalanya apakah saling bersangkut pautan? Buah yang dilempar ke atas akan jatuh kembali ke bawah secara mutlak, seorang anak akan memiliki penampilan fisik yang mirip dengan orang tuanya. Semua fakta ini apakah bisa disamakan dengan teori hukum karma?
Jika kamu baru saja membunuh orang, maka ada kemungkinan kehidupan kamu selanjutnya hidupmu akan melarat. Namun, jika kamu sering bersedekah kepada orang-orang tidak mampu, maka di kehidupanmu yang selanjutnya, kamu akan memiliki kehidupan sejahtera. Sekarang atau di kehidupan selanjutnya, balasan akan segala perbuatan baik dan buruk pasti hadir.
Pengertian Karma dari Sudut Pandang Hinduisme Sebagai Hukum Tabur-Tuai
Kata Karma dalam Bahasa India, “Karma” atau “Kamma” yang artinya “aksi”. Berasal dari kata “Kara” yaitu “I do, I do, I act” . Berarti dapat disimpulkan menjadi “done act”. Tindakan yang sudah selesai.
Kemudian dalam bahasa sansekerta “Kr” menjadi Karmapala. Karmaphala atau karmapala adalah salah satu dari lima keyakinan (Panca Sradha) dari Agama Hindu serta filsafat dari agama Dharmik. “Karma” yang artinya “Berbuat” dan “Pala” yang artinya “Buah”. Suatu peraturan atau hukuman dari hasil dalam suatu perbuatan.
Reinkarnasi dalam Agama Hindu
Dalam ajaran Hindu, dikenal adanya Reinkarnasi, atau kehidupan kedua setelah mati. Orang-orang hindu percaya bahwa orang meninggal yang mati hanyalah jasadnya, tetapi jiwa “arwahnya” masih bertanggung jawab atas segala perbuatannya di dunia. Maka ada kemungkinan hadirnya kehidupan kedua bagi arwah tersebut dalam jasad yang berbeda.
Mereka akan meninggal bersama perbuatan buruknya, yang kemudian dibayar dengan kehidupan selanjutnya. Siklusnya akan terus seperti itu hingga tidak lagi tersisa hutang-hutang keburukannya di dunia hingga mencapai tahap yang disebut Moksa. Saat manusia sudah mencapai Moksa, maka dia bisa sudah bebas dari keterikatan, maka dia sudah bisa bersatu dengan Brahman.
Ada tiga jenis karmaphala dalam Agama Hindu,
- Sancita Karmapala, yaitu tindakan atau perbuatan kita di masa lalu atau di kehidupan sebelumnya akan menerima buahnya atau hasilnya di kehidupan yang sekarang.
- Prarabdha Karmaphala, yaitu perbuatan yang dilakukan sekarang akan matang buahnya di waktu sekarang pula.
- Kriyamana Karmaphala, yaitu perbuatan yang kita lakukan sekarang, akan matang buahnya di kehidupan kita selanjutnya.
Hukum Karma Sebagai Hukum Sebab-Akibat dalam Agama Buddha
Budha percaya Kamma atau Karma adalah suatu perbuatan yang dapat membuahkan hasil, dimana perbuatan baik akan menghasilkan kebahagiaan dan sebaliknya perbuatan jahat juga akan menghasilkan penderitaan atau kesedihan bagi pembuatnya.
Bagi Buddha, kita adalah apa yang telah kita buat, dan apa yang akan kita perbuat adalah demikian kita nanti jadinya.
Daripada menganggap karma adalah sebuah balasan dari perbuatan kita, orang-orang budha lebih mempercayai bahwa setiap perbuatan mempengaruhi batin emosional manusia.
Seperti yang dijelaskan oleh Biksu Y.M. Nyanasila, Thera, “Karma berarti tindakan yang kita perbuat. Jika perbuatannya baik, maka akan menghasilkan ketenangan dalam hati. Akan tetapi, jika tindakan kita buruk, maka akan menimbulkan kegelisahan dalam hati. Jika kita baik, maka menjalin hubungan baik dengan orang lain.
Akan tetapi juga sebaliknya, tindakan kita buruk, mengatai orang melalui kata-kata kasar, maka akan membuat hidup orang lain menderita.”
Karma baik disebut sebagai Kusalakarma yang akibatnya juga baik, sedangkan karma buruk disebut Akusalakarma yang menimbulkan akibat yang buruk juga. Baik dalam hati kita sendiri, maupun kehidupan orang-orang di sekitar kita.
So, it was about choosing whether you are the one who’s reducing the suffer or giving an enlightenment in life.
Hukum Karma Sebagai Bentuk Balasan dalam Agama Islam
Dalam islam, tidak ada namanya istilah karma. Umat islam lebih menyebutnya sebagai Jaza (balasan). Penjelasan kaidahnya memang mirip seperti yang diajarkan oleh Agama Hindu, pada dasarnya segala perbuatan baik akan dibalas oleh kebaikan pula, dan segala perbuatan jahat akan menerima konsekuensi yang setara.
“Dalam islam disebut Jaza, Jaza Min Jizil Amal. Balasan itu tergantung jenis amal. Jika kamu menyakiti seseorang, maka akan dibalas oleh Allah yang sama (setimpal). Tapi, jika kamu berbuat kebaikan, kamu akan dibalas juga oleh kebaikan setimpal. Kamu tolong orang, Allah tolong kamu. Kamu menzalimi orang,
Allah akan balas kamu dengan kamu dizalimi orang lain.” Seperti itu penjelasan dari Ust. Hanan Attaki dalam channel YouTube nya.
Karma Sebagai Balasan Sebagai Bentuk Reward atau Peringatan Dalam Islam
Jauh lebih dalam, daripada menyebutnya sebagai hukuman, umat islam percaya bahwa manusia yang melakukan perbuatan tidak baik akan mengalami hal yang tidak baik pula di lain hari sebagai bentuk pembelajaran.
Tujuannya agar kita sebagai manusia sadar, bahwa perbuatan ini tidak baik dan menyebabkan penderitaan. Maka, jangan diulangi lagi perbuatannya
Seperti dijelaskan dalam kitab Quran surat Al Imran ayat 3 “ingatlah hari ketika setiap jiwa mendapatkan balasan atas kebajikan yang telah dikerjakan dihadapkan kepadanya, begitu juga balasan atas kejahatan yang telah dia kerjakan. Dia berharap sekiranya ada jarak yang jauh antara dia dengan hari itu. Dan Allah memperingatkan kamu akan siksa-Nya.”
Kemudian dalam surat Al-An’am ayat 160, dijelaskan juga “Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya Dan barang siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikitpun tidak dirugikan.”
Wallahu’alam bissawab
Hukum Karma dari Sudut Pandang Sains Para Ilmuwan
Salah satu aksioma sains, bahwa alam semesta diatur oleh hukum fisika dasar yang bekerja selama kekuatan atau energi alam bermanifestasi.
Hukum alam ditemukan melalui pengamatan dan dipahami oleh fakta-fakta tertentu. Dalam semua kasus mereka didasarkan secara langsung atau tidak langsung pada bukti empiris. Mereka memahami hubungan sebab akibat adalah prinsip dasar bagi realitas fenomena yang ditemukan, bukan diciptakan.
Dengan demikian, kata “keberuntungan” “kebetulan” atau “takdir” sekalipun tidak ada dalam kamus seorang ilmuwan.
Seperti yang dikatakan oleh filsuf Prancis Voltaire: “Kata-kata seperti keberuntungan, peluang, dan kebetulan diciptakan untuk mengungkapkan efek yang diketahui dari penyebab yang tidak diketahui”.
Semua hal adalah rangkaian sebab dan akibat. Ini adalah kontinum, di mana semuanya terhubung dan saling terkait.
Hukum fisika menyiratkan sebab dan akibat, serta urutan aksi dan reaksi yang tidak terputus antara unsur-unsur yang diamati. Setiap hasil harus memiliki penyebab yang dikonfirmasi dan diverifikasi dan pada gilirannya penyebab ini harus memiliki beberapa efek. Ini adalah siklus sebab dan akibat yang terus menerus dan tak berujung.
Contoh Kejadian Sebab-Akibat Yang Terbukti Nyata
Sebagai contoh teori Big Bang, di mana alam semesta diyakini terbentuk dari adanya ledakan dahsyat yang kemudian dampak dari dentuman tersebut menghasilkan gumpalan atom yang suhunya mencapai 1 triliun derajat celcius.
Akibatnya terbentuk awan hidrogen yang berubah menjadi bintang-bintang berkumpul membentuk galaksi.
Sama halnya dalam fenomena sosial, ketika seseorang melanggar norma masyarakat, maka kemungkinan besar mereka akan dikucilkan oleh masyarakat. Atau sebaliknya, ketika kamu berhasil mengharumkan nama keluarga, maka masyarakat akan menaruh respect kepada kamu dan keluarga.
Semua ini terjadi semata-mata bukan karena takdir yang telah menggambarkan nasib beruntung atau buruknya seseorang, melainkan bukti nyata atas perbuatan yang kita lakukan beserta dampaknya di hari selanjutnya.
Penutup
Baru saja 5 menit yang lalu kamu berkata dalam hati “Coba saja terjadi kecelakaan di jalan ini, pasti akan seru!” kamu teringat akan perkataanmu saat kamu menyadari kamu baru saja ditabrak motor. Banyak sekali cerita yang membuktikan bahwa karma itu nyata.
Ustadz Fahrudin Faiz dalam channel YouTube miliknya juga mengakui bahwa karma itu nyata. Karma bisa jadi berasal dari dalam hati kita, perkataan, dan tindakan kita. Jadi, meskipun belum dikeluarkan dari dalam hati maupun pikiran, karma bisa terjadi.
Sudah sepatutnya sebagai manusia senantiasa menjaga hati dan pikiran kita. Kita tidak pernah tahu isi hati orang lain. Sama sekali tak akan pernah tahu.
Hanya Tuhan yang tahu, dan hanya Tuhan yang mengatur hukum karma itu. Jika kamu tidak percaya pada hukum karma, maka setidaknya jadikan ini sebagai pelajaran menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Demikian artikel Teori “Karma is Real” dari Berbagai Sudut Pandang Agama dan Bagaimana Cara Memahaminya dari Tumbooh.com – Teman kamu bertumbuh. Semoga bermanfaat ya.
sumber gambar : unsplash.com