Adegan bullying remaja serial Netflix All of Us Are Dead
Fenomena bullying remaja, dampaknya terhadap remaja

Serial Netflix All of Us Are Dead: Dampak dari Bullying Terhadap Remaja part 2

Diposting pada

All of Us Are Dead merupakan serial Netflix terbaru asal Korea yang mengangkat tema tentang zombie. Dibalut dalam kemasan seputar kehidupan masa sekolah SMA, termasuk terdapat isu bullying remaja.

Isu yang diangkat dalam serial All of Us Are Dead adalah tentang fenomena bullying anak sekolahan.

Sedikit definisi tentang bullying, menurut American Psychological Association, bullying adalah bentuk perilaku agresif seseorang yang dengan sengaja dan menyebabkan luka atau ketidaknyamanan pada orang lain.

Penjelasan premis serial All of Us Are Dead, singkatnya adalah bagaimana ketika fenomena perundungan atau bullying ini memberikan efek yang besar bagi dunia.

Ketika dunia yang dipenuhi dengan orang-orang tidak bermoral berubah menjadi sosok monster pemakan daging.

Berikut lanjutan dari adegan-adegan yang menggambarkan fenomena bullying kalangan remaja dalam serial All of Us Are Dead.

Link artikel part 1 dari  Serial Netflix All of Us Are Dead: Dampak dari Bullying Terhadap Korbannya

Pelecehan seksual dan cyberbullying dalam adegan All of Us Are Dead

Pelecehan Seksual dan Cyberbullying

Masih dalam adegan di episode 1 serial All of Us Are Dead. Ternyata selain menyuguhkan adegan bullying kekerasan fisik di awal episode, tindak bullying berlanjut kepada pelecehan seksual.

Adegan pelecehan seksual yang diisi oleh tokoh bernama Min Eun-Ji dan Kim Cheol-Su sebagai korban bullying.

Min Eun-Ji dipaksa oleh sekelompok pria perundung untuk melakukan aksi seksual, yang kemudian direkam menggunakan smartphone oleh Kim Cheol-Su.

Belum selesai sampai disitu, tindak bullying masih berlanjut hingga ketika adegan di dalam kelas saat jam pembelajaran.

Min Eun-Ji masih dilecehkan secara seksual dengan tokoh si Perundung, Yoon Gwi-Nam menuliskan kalimat tidak senonoh di baju bagian belakang milik Min Eun-Ji.

Merendahkan Harga Diri Korban Hingga ke Cyberbullying

Pelecehan seksual termasuk dalam salah satu jenis bullying yang menyerang secara emosional. Korbannya sering kali adalah perempuan yang sering menjadi objek fantasi seksual laki-laki.

Dampaknya adalah korban akan merasa rendah diri, amat sangat tidak berharga. Dalam serial All of Us Are Dead, kita dapat melihat betapa terpuruknya Min Eun-Ji setelah dilecehkan habis-habisan oleh kelompok perundung.

Video dirinya tanpa busana hendak diunggah oleh perundung ke Media Sosial. Dunia bagi Min Eun-Ji akan runtuh.

Ia pun nekat akan melakukan bunuh diri di rooftop sekolah. Tak lama, Ki Cheol-Su, yang selama ini juga menjadi korban bullying menghampiri Min Eun-Ji untuk mencegahnya bunuh diri.

Min Eun-Ji berhari-hari masih saja memikirkan tentang video dirinya tanpa busana yang sudah dijadwalkan waktu unggahnya.

Meski sekolah sudah kacau dengan zombie di mana-mana, ia pun nekat pergi ke ruang guru untuk menghancurkan semua smartphone milik siswa yang disita selama jam sekolah berlangsung.

Bisa kebayang kan betapa mengerikannya serangan netizen jika video tersebut berhasil terunggah ke Media Sosial?

Korban bullying yang menjadi pelaku bullying dalam All of Us Are Dead

Bullying Secara Verbal

Bullying yang dilakukan secara verbal adalah bentuk bullying yang dilakukan lewat lisan dan tulisan.

Kebanyakan pelaku jenis bullying ini bertujuan mengintimidasi korban melalui ejekan, hinaan, fitnah, sampai ancaman.

Masih dalam episode 1 serial All of Us Are Dead, kita akan dikenalkan dengan dua tokoh bernama Han Gyeong-Su, seorang tokoh protagonis yang menjadi korban bullying dan Lee Na-Yeon yang akan menjadi perundung verbal.

Dalam episode satu tersebut, Lee Na-Yeon akan menyalahkan Han Gyeong-Su karena dianggap tidak benar menjaga pintu kelas sehingga masuk seoran guru yang sudah tergigit zombie.

Mereka pun bertengkar hingga masuk ke episode 3 di mana merupakan klimaks dan akhir dari pertengkaran Lee Na-Yeon dan Han Gyeong-Su.

Cibiran Verbal Hingga Fitnah

Lee Na-Yeon digambarkan sebagai tokoh dari keluarga kalangan atas yang sering mengeluh, egois, dan tidak memikirkan temannya.

Sedangkan Han Gyeong-Su dipertimbangkan sebagai siswa kurang mampu yang menerima bantuan sosial dari sekolah.

Terus-terusan Lee Na-Yeon mencibir dan menyalah-nyalahkan Gyeong-Su, padahal Gyeong-Su sudah banyak membantu dalam menghindari zombie.

Lee Na-Yeon mengatasinya dengan sebutan “welfie” yang merupakan panggilan pendek dari welfare. Yang artinya Penerima Bantuan Sosial.

Gyeong-Su terus-terusan merasa tersinggung, namun tetap sabar menghadapi Lee Na-Yeon.

Terdapat satu adegan di episode 3, di mana tangan Gyeong-Su tidak sengaja tercakar zombie¸dan hidungnya berdarah karena terkena terpukul kain pel.

Lee Na-Yeon pun langsung menyeru bahwa Gyeong-Su telah terinfeksi. Kemudian Gyeong-Su dikarantina di ruang siaran selama satu jam, tapi belum juga berubah menjadi zombie.

Korban Bullying yang Menjadi Perundung

Setelah pertengkaran Lee Na-Yeon dan Gyeong-Su berakhir, kemudian terkuak fakta bahwa sebenarnya Lee Na-Yeon juga merupakan korban bullying emosional.

Ia berteriak kepada temannya karena tidak ada satupun dari mereka yang menjadi teman karib Lee Na-Yeon.

Berbeda dengan Gyeong-Su, meski ia bukan berasal dari keluarga kalangan atas, namun Gyeong-Su memiliki teman-teman yang sayang padanya dan selalu membela Gyeong-Su.

Serangan bullying verbal sering kali fokus pada karakteristik, penampilan, gaya hidup, tingkat kecerdasan, warna kulit, dan ras atau suku seseorang.

Kebanyakan pelaku bullying verbal memiliki rasa percaya diri yang rendah sehingga mereka perlu menyerang atau merendahkan orang lain, agar kelas sosial mereka meningkat dan merasa lebih baik akan diri mereka sendiri.

Lee Na-Yeon dalam dialognya akan berkata, “apakah kalian akan menganggapku sebagai penolong jika terbukti Gyeong-Su sudah terinfeksi?”

Dalam dialog ini, terbukti bahwa Lee Na-Yeon, meski berasal dari keluarga kalangan atas, ia masih merasa kesepian dan tidak berharga sehingga merasa iri pada Gyeong-Su yang memiliki teman-teman yang sayang padanya.

Penutup

Dari sekian banyaknya adegan yang dipaparkan oleh serial All of Us Are Dead, maka kita dapat belajar bahwa tidak ada dampak positif sedikitpun dari tindak bullying.

Akan tetapi, terdapat satu tokoh utama yang cukup banyak menjadi sorotan karena ia adalah mantan seorang perundung dan beralih banyak membela korban bullying.

Kita tahu, bahwa kesalahan dari masa lalu bisa menjadi pelajaran dan sikap penyesalan kita karena telah melakukan tindak bullying sehingga untuk membayarnya menolong orang lain membuat hati menjadi lebih lega.

Apapun alasannya, tidak pantas bagi kita sebagai manusia merasa yang paling benar, paling berkuasa, atau paling hebat.

Membangun lingkungan yang positif adalah kunci dari kesehatan mental yang baik, All of Us Are Dead bisa dianggap merupakan salah satu gerakan kampanye anti-bullying lewat karya.

Baik korban maupun perundung tindak bullying, dapat menimbulkan trauma yang dalam. Semuanya tergantung kepada kita.

Apakah kita ingin meluruskan jalan dengan menyesali perbuatan kita, atau kita sebagai korban bullying ingin melakukan balas dendam dengan menjadikan diri kita juga sebagai perundung.

Demikian artikel tentang hormon kebahagian dari Tumbooh.com, silahkan share ke teman temanmu jika artikel ini bermanfaat. terimaksih.

__

Sumber foto: All of Us Are Dead Photo From IMDB 

Gambar Gravatar
Just chill and read