Mengembangkan Pola Pikir Seniman Layaknya Anak Kecil agar Lebih Produktif

Mengembangkan Pola Pikir Seniman Layaknya Anak Kecil agar Lebih Produktif

Diposting pada

Mengembangkan pola pikir seniman dalam diri kita bukanlah hal yang mudah dilakukan, tidak banyak orang yang bisa membuka pemikiran mereka.

Tidakkah kamu lelah terus-menerus berpikiran negatif, mengembangkan pola pikir seniman artinya mampu menurunkan ego dalam diri kita.

Belajar dari anak kecil yang penuh riang, terhindar dari beban, mari  kita simak gimana caranya mengembangkan pola pikir seniman layaknya anak kecil agar jadi seniman yang lebih produktif.

Pendapat Ahli Tentang Menghubungan Seni dengan  Mengembangkan Pemikiran

John Holt, seorang pendidik Amerika yang mempelajari bagaimana anak-anak belajar, mendefinisikan pendidikan sebagai “permainan mencoba mencari tahu bagaimana dunia bekerja.”

John percaya, menemukan definisi tersebut dapat ditemukan dari kegiatan berkreasi seni. “Saya menggunakan buku sketsa saya sebagai cara untuk mengetahui cara kerja dunia—baik dunia batin saya maupun dunia di sekitar saya,” jelas John.

John lanjut menjelaskan, “kunci untuk menemukan ide dan pemikiran yang ada di lubuk hati saya. Karena hal-hal itulah yang membuat karya seni saya menjadi milik saya.”

Berikut cara meningkatkan pemikiran seni dalam diri kita

Berhenti Membuat Asumsi

Orang dewasa telah menjadi sangat baik dalam membuat asumsi sehingga sering menganggap hal-hal yang berbahaya dalam jangka panjang. 

Terkadang asumsi kita dapat meyakinkan kita tentang hal-hal yang tidak benar, hal-hal yang menghentikan kita dari melakukan hal-hal yang benar. Ini terjadi sepanjang waktu di dunia kreativitas dan pembuatan seni.

Asumsi seperti:

“Saya tidak cukup baik”, 

“Saya perlu belajar lebih banyak sebelum saya dapat ____”, 

“Orang-orang menyukai seni yang terlihat seperti ____”, 

“Tidak ada yang akan menyukai ini”, 

“Saya tidak cukup berseni untuk jadilah seniman”, 

“Seni saya hanya bagus jika seseorang mau membayarnya” dan sebagainya.

 

Semua asumsi itu tidak menolong sama sekali dan berbahaya bagi pola pikir seniman, Itu adalah asumsi yang diperoleh dari kebanyakan kritik, persaingan, dan perbandingan.

Mereka melemahkan motivasi, antusiasme, dan kepercayaan diri.

Anak-anak belum belajar untuk menilai atau menghakimi segala sesuatu di sekitar mereka. Mungkin mereka menilai makanan dengan kasar.

Tetapi jika menyangkut seni, anak-anak cenderung sangat berpikir bebas dan menerima apa pun yang muncul di halaman. 

Mereka menggambar untuk kesenangan menggambar dan tidak berhenti untuk menilai apakah yang mereka lakukan itu baik atau buruk. Mereka hanya terus menggambar.

Miliki Pemikiran yang Terbuka (Open-Minded)

Karena anak-anak jarang berasumsi dan memberikan penilaian, mereka cenderung memiliki pikiran yang lebih terbuka daripada orang dewasa. 

Mereka penuh rasa ingin tahu, daripada harapan dan aturan. Mungkin pola pikir untuk ikuti aturan bekerja bisa diikuti oleh orang dewasa.

Tetapi, dalam mengkreasikan seni tidak ada formula, tidak ada seperangkat aturan yang harus diikuti. Pembuatan seni adalah proses coba-coba, mengikuti rasa ingin tahu, dan membiarkan diri terbuka untuk jalan baru.

 

Menyalin karya seni mungkin mudah, tetapi membuat karya seni orisinil yang baru adalah jalan berliku dan membingungkan. 

Kita tidak pernah tahu ke mana kita akan pergi, kenapa kanvas ini masih kosong, dan satu-satunya cara untuk mendapatkan tempat baru yang menarik, adalah dengan berpikiran terbuka.

Bersikap Sabar

Ketika orang dewasa mempelajari sesuatu yang baru, mereka berharap untuk segera menjadi ahli dalam hal itu, dan frustasi ketika mereka tidak bisa melakukannya. 

Orang dewasa mengambil pena setelah puluhan tahun tidak menggambar dan marah karena mereka tidak bisa menggambar sebaik seniman lain yang telah menggambar setiap hari selama bertahun-tahun.

Tidak masuk akal, padahal tidak mungkin menjadi expert di bidangnya tanpa dilatih dalam jangka waktu lama. Sama sekali tidak sabaran.

Anak-anak, terutama dalam hal menggambar, tidak berpikir demikian. Mereka menggambar bukan untuk menjadi ahli, mereka menggambar karena mereka suka menggambar. 

Anak-anak akhirnya menggambar semakin banyak dan menjadi lebih ahli, tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang luar biasa.

Penutup

Dengan mengingat ketiga karakteristik itu, sampai pada kesimpulan penting: Membuat seni bukan tentang teknik, ini tentang pola pikir.

“Tentu saja semangat yang membuat Anda melakukan sesuatu yang membuatnya menarik, apakah itu menyapu ruangan atau menarik lobak.” – Henry David Thoreau, penulis dan filsuf.

Demikian artikel tentang hormon kebahagian dari Tumbooh.com, silahkan share ke teman temanmu jika artikel ini bermanfaat. terimaksih.

Sumber foto: Foto oleh Brett Sayles dari Pexels

Gambar Gravatar
Just chill and read