Sebagai bagian dari bangsa negara, kita mungkin sering kali bertanya-tanya mengapa kualitas pendidikan di Indonesia sangat rendah?
Tidak dapat dipungkiri bahwa kualitas pendidikan di Indoenesia sangat rendah, bahkan terkenal dengan negara yang malas membaca.
Keterangan tersebut dikutip dari data UNESCO pada tahun 2017 dari website Kominfo, tapi mungkinkah hal tersebut menjadi acuan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia sangat rendah?
Fakta Tentang Kualitas Pendidikan di Indonesia
Dikutip dari website pemerintah, kominfo.go.id yang ditulis dalam sebuah artikel pada tahun 2017, berikut fakta tentang kualitas pendidikan di Indonesia:
Fakta pertama
UNESCO menyebutkan, bahwa Indonesia menempati peringkat nomor dua dari bawah mengenai ilmu literasi di dunia, artinya minat baca sangat rendah.
Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, presentasenya hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, hanya satu orang yang rajin membaca.
Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu.
Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).
Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung minat baca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.
Fakta kedua
60 juta penduduk Indonesia memiliki gadget, atau urutan kelima dunia terbanyak kepemilikan gadget.
Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018, jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang.
Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika.
Minat Baca Rendah, namun Aktif di Media Sosial
Ironisnya, meski minat baca buku rendah tapi data wearesocial per Januari 2017, mengungkap orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari.
Tidak heran dalam hal besar mulut di Media Sosial, orang Indonesia berada di urutan ke 5 dunia. Jakarta sebagai kota paling cerewet di dunia maya.
Jakarta sepanjang hari aktif berkicau di Twitter, melebihi Tokyo dan New York. Laporan ini berdasarkan hasil riset Semiocast, sebuah lembaga independen di Paris.
Dalam artikel tersebut pula, Kominfo menilai bahwa kurangnya minat baca orang Indonesia, namun lebih senang menatap layar gadget berjam-jam dapat membawa dampak negatif.
Terlalu sering mengeluarkan komentar di Media Sosial dapat memicu tersebarnya info provokatif, hoax, dan fitnah.
Alasan Lainnya Sebagai Faktor Kualitas Pendidikan Rendah di Indonesia
Dikutip dari akun Instagram @infopemburubeasiswa memaparkan beberapa alasan mengenai alasan kualitas pendidikan di Indonesia sangat rendah.
1. Dana Pendidikan
Dana pendidikan di Indonesia sebenarnya sangat tinggi dianggarkan oleh APBN. Orang tua juga turut keluar biaya besar untuk pendidikan.
Dana-dana tersebut entah kemana tidak berlaku maksimal. Kurang diadakannya transparansi catatan pendanaan.
2. Kualitas Guru
Kualitas guru di Indonesia dianggap masih rendah. Salah satu sebabnya karena guru yang bekerja kurang memiliki gairah dalam mengajar.
Menjadi seorang guru atau pengajar, seolah-olah hanya dijadikan profesi umum untuk menaikkan status sosial sebagai PNS, atau hanya butuh pekerjaan saja.
3. Jam Kerja Guru dan Kepala Sekolah
Kurang adanya transparansi cacatan kehadiran bagi tenaga kerja pendidik, bagi guru maupun kepala sekolah menyebabkan seseorang bekerja tidak teratur,
Di daerah-daerah terpencil, masih banyak tenaga pendidik yang membolos kerja hingga berbulan-bulan.
Banyak murid jadi sia-sia ke sekolah.
4. Kurang Apresiasi
Di Indonesia, tidak ada sistem memberikan penghargaan kepada guru kreatif dalam mengajar, sehingga mendorong siswanya untuk terus belajar.
Belajar dalam artian belajar untuk terus berpikir kritis, memecahkan masalah, dan sebagainya. Sistem kepangkatan masih dijunjung tinggi.
Mereka yang senior atau paling lama bekerja yang memilki pangkat lebih tinggi daripada dinilai dari kualitas kemampuan mengajar.
5. Segala Sesuatu Bisa Dibeli oleh Uang
Maraknya ijazah bisa dibeli oleh uang. Padahal ijazah adalah pembuktian bahwa seseorang telah lulus dari yayasan pendidikan dan itu bukanlah sesuatu yang mudah diraih.
Alih-alih belajar yang giat bertahun-tahun, selama memiliki uang maka lebih baik membeli ijazah.
6. Kualitas Yayasan Bimbingan Belajar (Kursus/les)
Menurut penelitian, di negara-negara lain, tutorial/les membuat anak lebih pintar, sayangnya hal tersebut tidak berlaku di Indonesia.
Tipe les di Indonesia kebanyakan hanya memberikan tips & trick cara mengerjakan tes/ujian, bukan mengajari siswa untuk benar-benar memecahkan masalah.
Jadikan beberapa alasan di atas sebagai kritik untuk membangun, sejatinya sebagai generasi penerus bangsa sadar jikalau ada kekurangan di sistem pendidikan negara.
Jadikan kekurangan tersebut sebagai motivasi untuk terus giat belajar.
Demikian artikel berjudul Mengapa Kualitas Pendidikan di Indonesia Sangat Rendah? Ini Alasannya! dari Tumbooh.com . Semoga kita semua bisa selalu bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
—