Belajar Menulis Sastra dan Bahasa: 10 Hal yang Harus Diperhatikan Ketika Menulis Cerita Fiksi

Belajar Menulis Sastra dan Bahasa: 10 Hal yang Harus Diperhatikan Ketika Menulis Cerita Fiksi

Diposting pada

Kemampuan menulis sastra dan bahasa adalah kemampuan yang bisa kamu terapkan di berbagai bidang. Jika kamu terjun ke dunia profesional, banyak profesi yang bisa kamu coba.

Kemampuan sangat banyak dibutuhkan diberbagai profesi, seperti copywriter, scriptwriter, content writer, dan sebagainya. Hanya saja kamu tetap butuh mengembangkan skill menulis kamu.

Menulis memiliki gayanya masing-masing, tergantung dari bidang yang kamu minati, tapi pada dasarnya kemampuan menulis adalah kemampuan untuk pandai mengolah kata dan kalimat.

Menulis fiksi bisa jadi merupakan salah saut metode untuk meningkatkan skill menulis kamu. Berikut ini tahapan untuk kemu mulai belajar menulis fiksi.

1. Tema

Sebenarnya tidak semua penulis peduli dengan tema yang mereka tentukan. Hal terpenting dalam pencapaian mereka adalah ceritanya harus selesai.

Setelah ceritanya berakhir, barulah kita sadar, dan bisa memastikan tema apa yang ada di dalam cerita kita. 

Oleh karena itu, biasanya dalam satu cerita berisi beberapa tema. Misalnya tema misteri digabung dengan drama romantis.

Jika ingin mengikuti kompetisi menulis fiksi, tema sangat dilihat oleh juri. Cerita yang kita tulis sebaik apapun, tapi jika tidak sesuai dengan tema yang ditentukan lomba, maka tetap tidak masuk kriteria pemenang.

2. Ide Cerita

Krusial,  terkadang untuk memikirkan suatu ide itu tidak beraturan. Hasilnya ide yang kita utarakan akan menjadi tidak detail, melainkan secara garis besar.saja.

Kalau mengerti seni, salah satu syarat karya seni indah adalah mengandung makna di dalam karya tersebut.Terdapat kiasan di dalam ceritanya. 

Pikirkan ide yang detail dan menarik, jangan hanya berupa garis besar cerita. Biasanya ide akan secara acak muncul dari kepala kita, atau paling mudah mencari ide adalah berdasarkan pengalaman.

3. Paragraf Pertama atau Bab Pertama

Cinta pada pandangan pertama bisa jadi merupakan mitos, tapi dalam dunia kepenulisan, ini adalah penting. 

Paragraf pertama harus menarik, artinya harus membua pembacanya penasaran sehingga kecanduan untuk terus membaca cerita yang kita tulis. Wajib membuat pembacanya penasaran sama cerita yang kita buat!

4. Adegan

Adegan memiliki korelasi dengan ide cerita. Coba buat adegan-adegan yang menarik, beda dari yang lain, bahkan sangat langka.

Kalau biasanya dalam adegan percintaan, laki-laki menyatakan cinta duluan, maka buatlah adegan dimana tokoh wanita yang menyatakan cinta duluan. 

Think out of the box!

5. Penokohan

Menciptakan tokoh juga tidak bisa sembarangan, biasanya untuk membuat tokoh yang realistis dan masuk akan harus berdasarkan sudut pandang ilmu psikologi.

Ilmu Psikologi adalah pembelajaran tentang manusia. Misalnya, seseorang yang kutu buku cenderung introvert, pendiam, dan pemalu. 

Maka dalam cerita fiksi, kita bisa ciptakan karakter unik seorang orang kutu buku yang super genius, namun sekaligus juga super popular di lingkungannya!

Selain itu kita juga kadang haru sturut berempati atau merasakan posisi tokoh tersebut saat menghadapi masalahnya.

Tujuannya agar kita bisa menentukan adegan selanjutnya kira-kira keputusan apa yang akan diambil tokoh dalam menghadapi konflik. Tetap masuk akal dan realistis!

6. Gaya Penulisan

Berbeda dengan gaya bahasa (majas), gaya penulisan itu seperti gaya seseorang ketika menulis. Biasanya gaya menulis seseorang bisa menggambarkan kepribadian si Penulis.

Misalnya, ada gaya penulisan yang super singkat, padat, gak bertele-tele, gak banyak adegan spamming.

Ada juga Penulis dengan gaya menulisanya super manis dan rapi. Yang pasti disesuailan dengan genre cerita dan jalan cerita yang akan dibuat seperti apa.

7. Sudut Pandang

Untuk penulis pemula, memilih sudut pandang orang ketiga adalah strategi yang paling mudah.

Menggunakan sudut pandang orang ketiga karena sebagai penulis kita bisa secara ebas menampilkan adegan-adegan dimanapun latar adegannya.

Sedangkan kalau memakai sudut pandang orang pertama, hanya bisa menjelaskan segala sesuatu yang tokoh utamanya tahu, pikirkan, dan rasakan tanpa tahu di tempat lain seperti apa.

Jadi selanjutnya perlu dipikirin, kira-kira adegan-adegan yang kita buat membutuhkan penggambaran dari sudut pandang tokoh lain atau tidak? 

Akan tetapi, ada juga Penulis yang mengkombinasikan sudut pandang antara sudut pandang orang ketiga dengan sudut pandang orang pertama.

8. Gaya Bahasa (majas)

Menulis tanpa gaya bahasa itu bagaikan makanan tanpa bumbu, kurang sedap! Banyak-banyak baca teori tentang majas! 

Rajin-rajin baca peribahasa dan puisi karena akan sangat membantu dalam mengembangkan kalimat.

9. EYD dan Diksi

Terdengar sederhana, tapi jika mengikuti kompetisi menulis, EYD dan diksi merupakan salah satu komponen yang sangat diperhatikan oleh juri.

Kegiatan menulis artinya mengembangkan bahasa, seorang penulis atau sastrawan menjunjung tinggi bahasa persatuan, yakni Bahasa Indonesia. 

Jangan lupa untuk menulis kalimat secara efektif. Satu paragraf biasanya minimal dan maksimal 3- 5 kalimat supaya rapi. Jangan lupa perhatikan tanda baca dan kata sambung.

10. Judul

Tentukan judul yang unik dan super menarik perhatian. Misalnya novel Tere Liye yang berjudul Daun yang Jatuh TIdak Membenci Angin.

Judul novel Tere Liye tersebut cukup menarik perhatian karena selain puitis, judul tersebut mengandung majas metafora sekaligus memiliki makna yang dalam.

Pikirkan judul yang membuat pembacanya berpikir, “kok judulnya bisa ini ya? Padahal kan ceritanya begini.” 

Judul juga bisa dikreasikan dengan teka-teki, tapi jangan sampai konflik cerita dan judul jadi nggak nyambung satu sama lain.

Demikian artikel tentang Belajar Menulis Sastra dan Bahasa: 10 Hal yang Harus Diperhatikan Ketika Menulis Cerita Fiksi dari Tumbooh.com, silahkan share ke teman temanmu jika artikel ini bermanfaat. terimaksih.

Foto oleh Pixabay dari Pexels

Gambar Gravatar
Just chill and read