Impostor Syndrome dimulai dari pertanyaan: pernahkah kamu merasa menyesal karena sudah berhasil mencapai kesuksesan?
Dirimu mengalami Impostor Syndrome ketika merasa tidak pantas atas penghargaan yang kamu peroleh. Kamu tidak seperti orang lain melihat kamu yang sempurna.
Layaknya seorang aktor, kamu adalah seseorang yang penuh tipu daya. Kamu menggunakan kostum dan riasan untuk menutup keburukan dirimu. Kamu tidak sempurna seperti orang lain melihat kamu demikian.
Jika kamu sering merasakan perasaan seperti itu, maka mungkin kamu sedang mengalami Impostor Syndrome. Tapi jangan khawatir, 70% populasi dunia setidaknya mengalami perasaan Impostor syndrome setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Kisah Tokoh Terkenal dengan Impostor Syndrome
Impostor Syndrome adalah pola perilaku seseorang yang sering kali meragukan atau bahkan tidak merasa pantas akan segala penghargaan yang telah diraihnya.
Tokoh-tokoh terkenal yang mengalami Impostor syndrome, seperti Albert Einstein dan Maya Angelou. Meski Einstein sudah berhasil menciptakan teori relativitas, tapi tetap merasa tidak pantas.
Impostor syndrome dalam diri Einstein membuatnya tidak menyukai penghargaan jabatannya sebagai ilmuwan dunia.
Atau Maya Angelou, yang telah menulis 11 buku dan memenangkan banyak penghargaan bergengsi tetap merasa tidak pantas .
Dalam kasus Impostor Syndrome milik Einstein, ada waktu di mana Einstein menggambarkan dirinya sebagai seorang “involuntary swindler”.
Artinya Einstein merasa tidak sadar telah berhasil mencapai penghargaannya. Einstein merasa bahwa segala hal yang ia lakukan di bawah kesadarannya.
Penjelasan dari Ahli Psikolog Tentang Impostor Syndrome
Seorang ahli psikologi, Pauline Rose Clance mempelajari fenomena Impostor Syndrome tersebut. Pertama kali di dunia, Clance mempelajari Impostor syndrome bersama teman kuliahnya, Suzanne Imes.
Pauline pertama kali mengamati fenomena Impostor Syndrome tampak terjadi di asrama perempuan fakultas universitasnya. Bahkan dirinya sendiri mengaku pernah merasa mengalami Impostor Syndrome tersebut.
Fenomena Impostor Syndrome diawali dengan gejala munculnya perasaan “unwarranted sense of insecurity” atau dalam Bahasa Indonesia artinya perasaan ketakutan tanpa alasan yang jelas. Perasaan ini menyebar dengan luas.
Kemudian fenomena Impostor syndrome ini terlihat lagi di menyebar hingga gender laki-laki, tanpa memandang ras, usia, dan jabatan.
Seseorang yang memiliki jabatan besar pun bisa merasakan Impostor syndrome.
Pauline selanjutnya mengamati pasiennya yang beberapa di antaranya adalah seorang mahasiswa. Para mahasiswa ini menunjukkan karakter merasa tidak pantas atas kelas sosial yang tinggi di lingkungan universitas.
Para mahasiswa ini memperoleh nilai tinggi, tapi perasaan bahagia mereka ditutupi oleh Impostor Syndrome.
Bukan hanya merasa tidak pantas atas spot popular mereka di lingkungan, bahkan beberapa dari mahasiswa tersebut merasa telah terjadi kesalahan teknis, seperti mengirim informasi yang salah dari pihak universitas.
Bagaimana Impostor Syndrome Bisa Timbul Dalam Diri Kita?
Impostor syndrome disimpulkan oleh Pauline pada awalnya menjadi tiga istilah: Impostor phenomenon, Impostor experience, atau Impostor syndrome.
Impsoter syndrome tidak dikategorikan sebagai penyakit atau kelainan. Bahkan Impostor Syndrome tidak ada kaitannya dengan kelainan mental seperti depresi, kecemasan berlebih, atau self-esteem.
Jika Impostor Syndrome bukan sebuah penyakit atau kelainan mental, lalu bagaimana Impostor Syndrome bisa timbul dalam diri kita? Dari mana asalnya?
Faktanya, orang yang memiliki bakat memukau dalam dirinya tidak menyadari bahwa dirinya memiliki bakat tersebut. Mereka menganggap bahwa dirinya memang “bisa”, tapi tidak perlu sampai menerima penghargaan.
Semua orang sebenarnya normal memiliki perasaan yang disebut sebagai pluralistic ignorance. Artinya kita sering kali meragukan diri kita sendiri dan menganggap bahwa kita satu-satunya yang tidak bisa.
Padahal orang lain juga merasakan hal yang sama. Sayangnya kita tidak mungkin mengutarakan perasaan ragu tersebut.
Perasaan pluralistic ignorance seperti ini lah yang menuntun kita pada Impostor Syndrome.
Dampak Buruk dari Impostor Syndrome Selain Membuat Kita Merasa Tidak Pantas
Impostor Syndrome bisa menjadi karakter yang baik karena akan menuntun diri kita menjadi pribadi yang tidak sombong dan tidak mengagungkan harta dunia.
Seseorang dengan Impostor Syndrome tidak keberatan untuk berbaur dengan orang-orang di kelas sosial yang rendah.
Akan tetapi, bagaimanapun Impostor Syndrome bisa menjadikan diri kita pribadi yang tidak baik. Bisa membahayakan masa depan kita karena mencegah kita untuk mendorong diri kita sendiri menjadi pribadi yang lebih baik.
1. Kurang Menghargai Diri Sendiri
Seseorang dengan Impostor Syndrome akan terus-terusan merasa dirinya tidak berharga. Hal ini bisa menyebabkan dirinya menjadi low self-esteem atau tidak pernah memberi penghargaan pada dirinya sendiri.
Seorang selebriti Korea bernama IU mengalami Imposter Syndrome. Dia selalu berpikir bahwa dirinya tidak pantas akan segala popularitas. Dia percaya bahwa semua hartanya sekarang akan habis suatu hari nanti.
Perasaan ini membuat IU mengalami kelainan kecemasan yang berlebihan hingga menjalani terapi mental.
2. Enggan Membagikan Ilmunya
Sehebat apapun kemampuan atau bakat yang dimiliki orang seseorang dengan Impostor Syndrome, mereka akan enggan untuk membagikan ilmu mereka kepada orang lain.
Dalam diri mereka sendiri sudah memastikan bahwa dirinya tidak cukup baik, lalu bagaimana bisa dia membagikan ilmu yang dimiliki mereka bersama perasaan tidak percaya diri tersebut?
3. Menolak Jabatan Tinggi
Seseorang dengan Impostor Syndrome cenderung menghindari segala jabatan yang penuh dengan tanggung jawab, spotlight¸ kepemimpinan, dan popularitas.
Impostor Syndrome bersama perasaan ketidaklayakannya, akan membuat pribadi kita menjauhi kelas sosial yang tinggi.
Hal ini membuat kita jadi kurang termotivasi. Membuat kita malas untuk meraih posisi yang lebih baik lagi. Maka berakhir dengan pribadi yang tidak memiliki kemajuan atau perkembangan.
Penutup
Impostor Syndrome dapat menuntun kita menjadi pribadi yang baik, namun jika berlebihan akan menyiksa diri kita sendiri.
Sebaiknya selalu membuka diri kita kepada orang lain. Bicara dengan orang lain mengenai keraguan-keraguan yang ada dalam diri kita.
Tetap hargai diri kita sendiri, cintai diri kita sendiri, yakin akan kemampuan yang kita punya. Tidak ada satu pun dunia ini terlahir tanpa kemampuan, Kita semua pasti mampu.
Demikian artikel tentang hormon kebahagian dari Tumbooh.com, silahkan share ke teman temanmu jika artikel ini bermanfaat. terimaksih.
—
Sumber foto: Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels
Referensi: YouTube Ted-ed